Rabu, 28 Maret 2012

TENTANG KAMU (sebuah nama)


Kamu tahu saat-saat yang paling ku rindukan dari sebuah kehilangan adalah saat rindu itu datang menyergap ke dalam jiwa kita. Saat dimana rasa sakit telah berganti menjadi sesak yang mencekik tenggorokan. Entah mengapa saat ku melihat langit yang biru itu tersimpan masih ada haran untuk hari esok, hari untuk kita. Seperti yang selalu engkau ceritakan dan bisikan padaku. Hey mahluk tegap yang selalu menguatkan langkahku. Kemana perginya jiwa gagahmu itu. Hey makluk lembut tetapi keras hatinya, kemana kokohnya jiwamu pada hatiku. Aku merindukanmu !!!

Tentang kamu!!!!! cerita akan terangkai saat aku merindukan kamu, cerita yang hanya dapat aku ceritakan kepada tembok-tembok kamarku saja atau lebih tetapnya terdengar oleh telingaku sendiri. Jika aku pikir aku menceritakan tentang kamu saat aku hanya merindukan kamu saja, kamu salah !!! kamu selalu ada dalam setiap ceritaku dalam setiap langkahku. Jika kamu tak pernah ada dalam langkahku untuk apa aku bersusah panyah mengejarmu dan berusaha menggapaimu. Jika kamu tak pernah ada dalam ceritaku maka mungkin aku tak dapat menulis tentang kamu.

Heeey mahluk manis, yaah kadang aku ingin bilang kamu tanpak manis dengan semua ambisimu itu yang terkadang melupakanku sejenak dan kembali lagi pada waktu yang lain dengan sebuah kejutan yang spesial. Tapi sesungguhnya aku bisa mati karena selalu menikmati manismu dan menyiksaku secara perlahan. Aku kadang butuh pahitmu, untuk membiasakan kesehatanku agar tidak selalu menikmati manismu.

Hey mahluk cerdas, yaa kamu sangat cerdas mengatur semuanya menjadi sangat rapi dan sempurna. Ajarkan aku bagaimana kamu mengatur sebuah rasa sehingga tak melukai hatimu dan mengatur birunya rindu agar tak mengganggu segenap aktifitasmu. Aku di sini tersiksa mengatur semuanya, mengatur bayangmu untuk tidak mengikuti kemana langkah kakiku pergi.

tak ada yang berubah meski kenangan sudah berhasil kau kemas dan luka tak lagi membuatmu cemas. sebab kepergian selalu terasa nyata dan kesepian selalu mencari teman. di depan cermin ada sejarah yang mengulang-ulang dirinya, memanggilmu dari kejauhan. aku bersembunyi di sudut lain membiarkanmu menatap wajah yang selama ini bertarung dengan ragu: benarkah sejauh ini pernah ada kita di situ?

tak ada yang terganti meski ingatan tergulung rapi dan kau sudah menyediakan ruang yang lain lagi. sebab raung yang kau pendam selalu memantulkan diri setiap kali kau mulai meraba pipi: di depan cermin kau membayangkan tanganku mengusap lagi wajahmu, menyentuh kembali kenangan itu. ada yang mengalir di pipimu tapi bukan airmata. seperti ingatan yang mencair dan mencari rumah. rindu yang pergi dan pulang ingin sekali rebah.

tak ada rumah yang kau ingat di balik cermin itu. sebab tak pernah ada kau dan aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar