Jumat, 09 Maret 2012

22 APRIL 2011


Hari itu kulalui dengan perasaan antara bahagia dan berduka, entah mengapa semuanya terasa berbaur menjadi satu dalam jiwaku. Aku merasa semuanya terasa tak seperti biasanya. Ya memang taakan menjadi seperti biasa karena setiap hal yang kulalui denganmu memberikan warna baru dalam kehidupanku. Aku selalu terdiam sejenak jika aku memikirkanmu, sesuatu hal yang membuatku tersenyum sendiri di atas semua hal yang memuatku ingin menagis. Kamu, masih tentang kamu yang menjadi bahan pembicaraanku. Kisah kita, tentang mu dan berbagai hal yang akan terjadi atau yang telah terjadi.

Seperti biasa ku lalui hariku tanpamu, aku tegar dengan berbagai pikiran yang membuatku terkadang merasa lelah dengan pikiranku sendiri. Seandainya engkau tahu sayang, aku ingin terlihat biasa saja menghadapi semuanya. Tapi aku selalu gagal membuat semua ini menjadi biasa di mataku. Kamu terlalu tak biasa dan semua tentangmu membuatku tak bisa bersikap biasa sayang. Selalu ku coba, seandainya engkau tahu aku selalu berusaha menjadi pribadi yang biasa dan terbaik untukmu.

Siang hari itu 22 april 2011, ku habiskan waktuku di salah satu rumah sakit di kotaku. Tak perlu aku menjelaskan semua itu secara panjang lebar karena itu bukanlah cerita yang penting di tulis dalam ceritaku kali ini. Aku melaluinya detik demi detik, menit dan jam berganti samapai pada akhirnya waktu menunjukan pukul 20:45 menit. Sebuah pesan singkat masuk di hanpone ku. Tanpa menunggu lama, ku bereskan semua barang-barangku, bergegas untuk menjumpai pujaan hatiku yang telah menantiku di bawah sana. Aku tak memperdulikan perkataan nakal sahabatku yang mengodaku sampai aku tak merespon kata-kata sapa dari salah seorang perawat rumah sakit yang selalu menyapaku dengan ramahnya dan senyuman khasnya. Yang ada di dalam kepalaku hanyalah segera menemuinya dan berjumpa dengan pujaan hatiku secepatnya.

Ku kayuh langkah ringanku menemuinya,
Pujaan hatiku apakah kabarmu sekarang, sapaku dalam hati tak berani mengungkapkannya secara langsung. Ya dia orang yang begitu setia mendampingiku, begitu tabah menghadapi sikap menyebalkan yang aku punya. Tak menunggu beberapa lama, aku dan dia melaju dengan pelan menembus kota mataram yang begitu dingin. Aaah, malam ini bintang enggan menampakan dirinya bersembunyi di balik awan hitam itu. Aku ingin sekali berkata, ”aku rindu kamu cuek jangan tinggalin aku yah”. Tapi lidahku kelu aku hanya dapat bersembunyi di balik punggung hangat itu, aku benar-benar rindu kamu sayang.

Tersadar dalam sebuah kenyataan, dia akan meninggalkanku beberapa hari lagi. Ku peluk erat dalam dekapanku, aku tak rela membiarkan waktu mengambil kebersamanku dan dia, aku tak izinkan waktu berputar begitu cepat. Ku katakan padanya, ayo ciptakan kenangan manis sebelum engkau pergi jauh dariku. Ya seperti biasa, semua keinginanku selalu terpenuhi olehnya, semua perdebatan hampir seutuhnya aku yang memenangkannya. Dia terlalu banyak mengalah untukku aku tahu itu dan aku menyadarinya.

Kita habiskan waktu hampir 30 menit di perjalanan bercerita panjang lebar dan tertawa bersama. Entah mengapa tiba-tiba saja pikiran itu muncul, tiba-tiba saja aku berceloteh tentang hubungan jarak jauh, tentang sebuah pendapat, tentang pikirannya. Entah mengapa aku menitihkan air mata, entah mengapa aku menjadi sangat terluka. Kata-katanya lebih menusuk dari ribuan pedang yang menikam jantungku. Sejurus lamanya aku terdiam dalam kebisuan mencerna dan menegndalikan perasaanku.

Aku bukan menangisi kepergianmu, karena aku tahu cepat atau lambat mungkin engkau akan pergi dari sisiku, akan ada tangan yang kau lindungi selain tanganku, akan ada hati yang kau jaga selain hatiku. Dan ada wajah yang selalu tersenyum untukmu selain diriku, yang memiliki sikap manisnya, yang sesuai dengan semua yang engkau inginkan sayang. Akan ada wanita indah yang akan berkata mencintaimu dan kau akan menjawabnya dengan tatapan hangat penuh cinta sambil berkata kau pun mencintainya juga.

(Huuufsz, mengapa menulis hal ini membuatku menangis. Mulai cengeng dah, menyebalkan)

Jika aku kehilanganmu, entah itu karena keadaan atau itu karena memang kita harus berpisah ingin ku katakan. Saat itu aku belum siap, aku belum bisa siap tanpamu. Bahkan saat aku tahu aku akan kehilanganmu aku tak bisa sesiap itu sayang. Aku tak ingin siap untuk kehilanganmu. Jika engkau tahu sayang aku menangis karena apa saat ini, aku tak bersedih karena sebuah cinta tapi aku terluka karena cintaku tak begitu besar di matamu untuk membuatmu meyakini sebuah hubungan di dasarkan oleh kepercayaan.

Aku tahu semua hubungan tak pernah berhasil di jalani jarak jauh, aku paham menurut penelitian hanya 2% saja yang dapat pertahan. Aku tahu kita tak ada dalam 2% itu. Bagaimana kita akan ada di dalamnya jika salah satu pihak yang percaya dan pihak yang lain meragukan. Bagaimana kita akan membangun sebuah hubungan yang kokoh jika salah satu tiangnya goyah dan rapuh. Kamu terlalu rasional sayang sehingga aku harus mengubur kembali semua mimpi-mimpiku yang berusaha bermunculan. Mungkin benar, aku harus menggunakan logika untuk mencintai, mungkin benar saat ini cinta hanya perlu logika agar tak terluka.

Apa arti aku buat kamu?
Selalu pertanyaan bodoh terlontar dari pikiranku, selalu seperti itu. Kadang pertayaan bodoh itu yang selalu menganggu pikiranku. Ciptakan kenangan manis itu sekarang atau tidak sama sekali. Aku tahu waktuku bersamamu tak banyak, mungkn setahun dari sekarang atau beberapa buklan lagi. Sudahlah, aku tak ingin menebak semua ini, semuanya tak ingin ku tebak dan ku bayangkan. Aku  tahu kau meyakini cinta itu ada tapi di dalam ingatanmu dalam memorimu saat pertama kali engkau patah oleh cinta alasannya adalah karena sebuah jarak. Sehingga semuanya harus terpisahkan oleh jarank dan waktu.

Jangan pernah mencintaiku setengah, jika cinta cintailah aku sepenuh hati. Jika menyakitiku sakitilah aku sepuasnya, agar aku bisa mengeri rasa yang tercipta olehmu. Jangan berikan rasa abu-abu padaku, karena aku ingin warna yang jelas seperti  hitam malam atau putih pagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar