Hari itu kulalui
dengan perasaan antara bahagia dan berduka, entah mengapa semuanya terasa
berbaur menjadi satu dalam jiwaku. Aku merasa semuanya terasa tak seperti
biasanya. Ya memang taakan menjadi seperti biasa karena setiap hal yang kulalui
denganmu memberikan warna baru dalam kehidupanku. Aku selalu terdiam sejenak
jika aku memikirkanmu, sesuatu hal yang membuatku tersenyum sendiri di atas
semua hal yang memuatku ingin menagis. Kamu, masih tentang kamu yang menjadi
bahan pembicaraanku. Kisah kita, tentang mu dan berbagai hal yang akan terjadi
atau yang telah terjadi.
Seperti biasa ku
lalui hariku tanpamu, aku tegar dengan berbagai pikiran yang membuatku
terkadang merasa lelah dengan pikiranku sendiri. Seandainya engkau tahu sayang,
aku ingin terlihat biasa saja menghadapi semuanya. Tapi aku selalu gagal membuat semua ini menjadi
biasa di mataku. Kamu terlalu tak biasa dan semua tentangmu membuatku tak bisa
bersikap biasa sayang. Selalu ku coba, seandainya engkau tahu aku selalu
berusaha menjadi pribadi yang biasa dan terbaik untukmu.
Siang hari itu 22 april 2011, ku habiskan waktuku di salah satu rumah sakit
di kotaku. Tak perlu aku menjelaskan semua itu secara panjang lebar karena itu
bukanlah cerita yang penting di tulis dalam ceritaku kali ini. Aku melaluinya
detik demi detik, menit dan jam berganti samapai pada akhirnya waktu menunjukan
pukul 20:45 menit. Sebuah
pesan singkat masuk di hanpone ku. Tanpa menunggu lama, ku bereskan semua
barang-barangku, bergegas untuk menjumpai pujaan hatiku yang telah menantiku di
bawah sana. Aku tak memperdulikan perkataan nakal sahabatku yang mengodaku
sampai aku tak merespon kata-kata sapa dari salah seorang perawat rumah sakit
yang selalu menyapaku dengan ramahnya dan senyuman khasnya. Yang ada di dalam
kepalaku hanyalah segera menemuinya dan berjumpa dengan pujaan hatiku secepatnya.
Ku kayuh langkah ringanku menemuinya,
Pujaan hatiku apakah kabarmu sekarang, sapaku dalam hati tak berani
mengungkapkannya secara langsung. Ya dia orang yang begitu setia mendampingiku,
begitu tabah menghadapi sikap menyebalkan yang aku punya. Tak menunggu beberapa
lama, aku dan dia melaju dengan pelan menembus kota mataram yang begitu dingin.
Aaah, malam ini bintang enggan menampakan dirinya bersembunyi di balik awan hitam
itu.
Aku ingin sekali berkata, ”aku rindu kamu cuek jangan tinggalin aku yah”. Tapi
lidahku kelu aku hanya dapat bersembunyi di balik punggung hangat itu, aku
benar-benar rindu kamu sayang.
Tersadar dalam sebuah kenyataan, dia akan meninggalkanku beberapa hari
lagi. Ku peluk erat dalam dekapanku, aku tak rela membiarkan waktu mengambil
kebersamanku dan dia, aku tak izinkan waktu berputar begitu cepat. Ku katakan padanya, ayo ciptakan kenangan
manis sebelum engkau pergi jauh dariku. Ya seperti biasa, semua keinginanku
selalu terpenuhi olehnya, semua perdebatan hampir seutuhnya aku yang
memenangkannya. Dia terlalu banyak mengalah untukku aku tahu itu dan aku
menyadarinya.
Kita habiskan waktu hampir 30 menit di perjalanan bercerita panjang lebar
dan tertawa bersama. Entah mengapa tiba-tiba saja pikiran itu muncul, tiba-tiba
saja aku berceloteh tentang hubungan jarak jauh, tentang sebuah pendapat,
tentang pikirannya. Entah mengapa aku menitihkan air mata, entah mengapa aku
menjadi sangat terluka. Kata-katanya lebih menusuk dari ribuan pedang yang
menikam jantungku. Sejurus lamanya aku terdiam dalam kebisuan mencerna dan
menegndalikan perasaanku.
Aku bukan menangisi kepergianmu, karena aku tahu cepat atau lambat mungkin
engkau akan pergi dari sisiku, akan ada tangan yang kau lindungi selain
tanganku, akan ada hati yang kau jaga selain hatiku. Dan ada wajah yang selalu
tersenyum untukmu selain diriku, yang memiliki sikap manisnya, yang sesuai
dengan semua yang engkau inginkan sayang. Akan ada wanita indah yang akan
berkata mencintaimu dan kau akan menjawabnya dengan tatapan hangat penuh cinta
sambil berkata kau pun mencintainya juga.
(Huuufsz, mengapa menulis hal ini membuatku menangis. Mulai cengeng dah, menyebalkan)
Jika aku kehilanganmu, entah itu karena keadaan atau itu karena memang kita
harus berpisah ingin ku katakan. Saat itu aku belum siap, aku belum bisa siap
tanpamu. Bahkan saat aku tahu aku akan kehilanganmu aku tak bisa sesiap itu
sayang. Aku tak ingin siap untuk kehilanganmu. Jika engkau tahu sayang aku
menangis karena apa saat ini, aku tak bersedih karena sebuah cinta tapi aku
terluka karena cintaku tak begitu besar di matamu untuk membuatmu meyakini
sebuah hubungan di dasarkan oleh kepercayaan.
Aku tahu semua hubungan tak pernah berhasil di jalani jarak jauh, aku paham
menurut penelitian hanya 2% saja yang dapat pertahan. Aku tahu kita tak ada
dalam 2% itu. Bagaimana kita akan ada di dalamnya jika salah satu pihak yang
percaya dan pihak yang lain meragukan. Bagaimana kita akan membangun sebuah hubungan yang kokoh jika salah satu tiangnya goyah dan rapuh. Kamu terlalu
rasional sayang sehingga aku harus mengubur kembali semua mimpi-mimpiku yang
berusaha bermunculan. Mungkin benar, aku harus menggunakan logika untuk
mencintai, mungkin benar saat ini cinta hanya perlu logika agar tak terluka.
Apa arti aku buat kamu?
Selalu pertanyaan bodoh terlontar dari pikiranku, selalu seperti itu.
Kadang pertayaan bodoh itu yang selalu menganggu pikiranku. Ciptakan kenangan
manis itu sekarang atau tidak sama sekali. Aku tahu waktuku bersamamu
tak banyak, mungkn setahun dari sekarang atau beberapa buklan lagi. Sudahlah,
aku tak ingin menebak semua ini, semuanya tak ingin ku tebak dan ku bayangkan.
Aku tahu kau meyakini cinta itu ada tapi
di dalam ingatanmu dalam memorimu saat pertama kali engkau patah oleh cinta
alasannya adalah karena sebuah jarak. Sehingga semuanya harus terpisahkan oleh
jarank dan waktu.
Jangan pernah mencintaiku setengah, jika cinta cintailah aku sepenuh hati.
Jika menyakitiku sakitilah aku sepuasnya, agar aku bisa mengeri rasa yang
tercipta olehmu. Jangan berikan rasa abu-abu padaku, karena aku ingin
warna yang jelas seperti hitam malam
atau putih pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar