Tersenyum tanpa arti apa-apa merupakan hal yang tersulit di lakukan
bahkan lebih menyakitkan daripada berusaha tersenyum di saat kita membenci
seseorang dan berusaha membuatnya menyenangkan. Apakah perasaan juga sama halnya dengan tersenyum?
Apakah perasaan dapat di definisikan sesederhana senyuman. Jika bahagia maka
tersenyum dan terluka menangis. Jika dicintai akan mencintai jika di sakiti
akan membalas dendam.
Sampai saat ini aku berusaha mengerti dan terus
bertanya dalam diriku sendiri sebenarnya cinta itu untuk apa, kepercayaan bodoh
tentang cinta sejati?. Aku berharap satu hal yang dapat aku percayai dari
sebuah keyakinan di hatiku. Kepercayaan atas apa yang aku yakini sebagai sebuah
keyakinan tentang Tuhanku dan diriku sendiri. Aku mulai merasa meragukan
hal-hal yang di janjikan manusia. Aku terlalu silau dengan mimpi yang indah,
cerita-cerita yang manis dan harapan kosong. Jika semuanya tak dapat ku
rengkuh, lalu aku akan bersabar dengan semuanya? Mengiklaskan kembali sebuah mimpi dan membangun
kembali mimpi yang lain.
Ooh, aku sudah terlalu dewasa untuk kembali
bermimpi. Ini kehidupan nyata di mana semuanya adalah kenyataan. Aku lelah
harus mengulang mimpi yang sama, aku lelah harus belajar merangkainya bersama
orang yang berbeda aku cukup lelah. Inilah batas kesabaranku tentang cinta. Aku sudah merasakan setidaknya
bagaian-bagian kecil dari cerita masa mudaku. Mungkin tidak sama kisahku dan
kisahmu tapi aku dapat mengerti seberapapun kita berbeda dalam kisah cinta,
kita memiliki kesamaan.
Jangan pernah berpikir bahwa aku adalah wanita
yang mudah menyerah atau kekuatanku sudah habis dalam mencari dan
mempertahankan cinta. Aku masih memiliki energi penuh untuk mempertahankan apa
yang ada di gengamanku.Tapi saat ini aku sadar satu hal, setangguh apapuna aku
berdiri dan mempertahankan apa yang ada di gengamanku aku tak akan sanggup
dengan hatiku dan pikiranku sendiri. hal yang paling berat aku lakukan adalah
menenagkan hatiku dan pikiranku agar membuatmu tetap di sampingku dan itu
terlalu sulit buatku.
Sangat sulit bagiku untuk bersikap dewasa dan
biasa saja dengan haiku saat ini, semua hal yang membuatku sadar aku harus
berhenti untuk mencintai sebuah hati untuk beberapa waktu kedepan. Lelah
rasanya harus merasonalkan kembali pikiranku sendiri tentang sebuah hati yang
aku sayangi. Lelah rasanya harus berusaha mempercayai hati yang aku cintai di
saat hampir semuanya kepercayaan itu telah di hancurkan sebelumnya oleh cinta
yang terdahulu.
Maavkan aku, jika keputusanku melukai hati yang
aku jaga. Oooh Tuhan aku tak
dapat menahan apapun yang ada di
sampingku. Sampai saat inipun aku terlalu lemah untuk menahan air mataku jatuh
untuk berusaha tergar dan menulis semuanya dalam bentuk tulisan ini.
Huuuufsz, aku bahkan sampai tak dapat menatap
layar leptopku untuk menulis kembali. Jika aku katakan di awal tulisanku tadi
aku masih tangguh dan kuat, sampai tulisan ini aku ketik, aku mulai berfikir
bahwa aku tak sekuat itu.
Aku ingin mengatakan sebuah kejujuran yang ada,
aku mencintainya. Aku benar-benar mencintainya. Sosok cuek itu yang selalu
meramaikan hariku, selalu membuatku ceria dan dapat membuatku bercerita tentang
banyak hal dalam hidupku. Seseorang yang dapat di terima dengan baik dalam
keluargaku. Seseorang yang membuatku ketakutan saat memilikinya. Aku terlalu
takut dia akan meninggalkanku sehingga membuatku bersikap cukup kejam padanya.
Aku hanya inginkan dia, dia orang yang dapat merobohkan dinding tebal yang
terbentuk di keluargaku. Dia yang mengajarkan kedua orangtua untuk mempercaiku
dan mempercai pilihan hatiku.
Dia membuatku menjadi orang yang paling kejam
didunia, jangan pernah kalian berfikir bahwa aku menduakan hatinya atau
membohonginya dan berkencan dengan peria yang lain. Demi Tuhan dari dasar
hatiku yang paling dalam dan dari hati kecilku aku tak ingin melakukannya dan
taakan pernah untuknya. Di hatiku selalu akan ada satu hati dan satu janji yang
ku jaga dan jika janji itu berakhir tak mudah untukku membuat janji yang lain.
Aku belum bisa mempercayainya dengan sepenuh hatiku, aku terlalu takut akan kehilangannya dan membuatnya meningalkanku. Itu kesalah terbesarku, dan aku menyadari itu. Semakin aku menganlnya semakin aku takut kehilanganya dan semakin aku takut jauh darinya. Di satu sisi lainnya sikapku serasa berusaha melepaskan diri darinya.
Aku mulai berfikir mungkin bukan aku yang
seharusnya tersenyum dan berada di sampingnya, mungkin bukan aku yang dapat
merasakan cintanya. Akan ada
orang lain yang dapat merasakan kehangatan sikapnya dan mengerti tentang semua
inginnya. Aku belum bisa bersikap biasa saja dengan semua hal yang di
lakukannya untukku. Ku coba untuk menepis semua perasaan yang membuatku sakit
dan bersikap biasa saja seperti dirinya. Tapi aku bukan dia yang cuek dan
seolah tak mengetahui apapun, aku tak bisa bersikap biasa saja di saat hatiku
berantakan dengan badai yang terjadi.
Dia terlalu hebat untuk membuat semuany menjadi
biasa saja dan bersikap profesional. Lalu aku hanya bisa mengikuti emosiku. Aku
selalu berharap aku tak memiliki cinta untuk siapapaun, itu doa yang sering aku
ucapkan saat-saat ku terbangun di malam hari karena ketakutan kehilanganmu.
Aku lelah, aku lelah dengan cinta dan aku ingin
berhenti berharap lagi, aku ingin berhenti. Tapi aku tau aku tak bisa, aku
selalu berharap untuk selalu di cintai olehnya. Aku selalu berharap untuk
memilikinya selamanya. Mungkin aku tak pantas untuk di cintai dan mungkin aku
harus menyerah untuk semuanya yang telah ku bangun.
Aku tak ingin ada cinta sampai di akhir
pendidikanku nanti, aku lelah membongkar hatiku dan beradaptasi dengan orang
yang bebeda dengan sikap yang berbeda dan mimpi yang berbeda pula. Belajar
kembali sikap yang berlainan, menyatukan hati yang berbeda, menyelaraskan
langkah yang tak sejalan. Melelahkan sengkali, aku tak ingin cinta membuat aku
atau orang lain terluka dan menimbulkan dendam aku ingin hidup biasa saja.
Mungkin terasa membosankan tapi aku ingin ada
untuk orang lain bukan untuk hatiku sendiri itu lebih baik.
Hanya itu yg kurasakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar