Kamis, 05 April 2012

MIMPI BURUK ITU DATANG LAGI

Ketakutan yang sama berulang berkali-kali setiap semesternya di tempat kuliahku, kali ini setelah beberspa semester yang lalu terlewati, mimpi buruk itu menjadi sebuah bunga tidur semata, hanya sebuah kehawatiran dan ketakutan tentang sebuah perpisahan. Kali ini di semester yang baru, mimpi dan ketakutan yang sama datang lagi, bukan kerena pelajaran yang akan ku lalui yang begitu rumit dari semester kemarin. Terlebih dari kenangan yang ada di dalamnya dan aku takut tak dapat menghabiskan waktu yang tersisia dengan sehabat-sahabatku.

Tak pernah bisa di pungkiri uang memanglah pemegang kekuasan tertinggi atas sebuah pendidikan. Terlebih untuk sekolah yang aku masuki, mungkin uang bagi sebagian orang sangatlah mudah tapi bukan untuk sebagian yang lainnya. Sekolah kesehatan mungkin bukan untuk kanton-kantong orang sederhana yang memiliki keinginan yang kuat utuk berpendidikan. Sedangkan untuk orang yang mampu, sekolah adalah sekedar pengisi waktu luang semata, mencari hibudan dan memperbanyak teman. Ironis !!!

Tersentak setelah mendapatkan pesan singkat dari seorang sahabat dan saudara bagiku di salah satu media jejaring sosial milikku
jika tak ada sahabatmu yang cantik, cerewet n nyebelin ini duduk di sampingmu di kelas nanti sampai Uts semester 6 tiba jangan bertanya kenapa Oke..!Semester 6 sangat mencekit yank....Ibu bilang jika harus berhenti kuliah, chaq hRs Nikah...Sedih rasanya membayangkan Jika harus putus kuliah :')

Bagimana mungkin aku tak bertanya apapun tentang hal itu, dia sahabat terbaikku teman yang taakn pernah aku lupakan, bersamanya kuhabiskan banyak hari. Selalu ada tawa ceria di antara aku dan dia, meski tak jarang kami saling menghapus air mata masing-masing dan saling bertolak pungung menjauh akibat salah paham. Kami selalu bersama dari semester 1 berbagai hal yang terjadi di antara kami berdua tetapi tak membuat persaan persaudaran itu hilang malah semakin hari semakin kuat.

Dia seorang anak yang manja dan tegar, aku kagum padanya selalu dapat tersenyum lebar dan menertawai kebodohannya. Dia gadis yang polos dan terkadang sering melakukan kesalahan-kesalahan tapi itulah dia, bukanlah seorang Chacha kalu tidak melakukan kehebohan dan kesalahan yang membuat orang lain memperhatikannya. Banyak yang bilang kami sangat berbeda, yaah memang kami berbeda dan aku tak dapat mengerti bagimana menjadi seorang chacha. Seorang gadis tomboy, penyuka bola dan tak pernah bias diam, kecuali saat ia sedang bermasalah dengan kehidupannya. Tetapi karena perbedaan itu kita menyatu menjadi seorang sahabat. Entah mengapa akuu sengat peka terhadap perubahannya akhir-akhir semester ini yah dia berubah. aku sangat menyadarinya.

Aku bisa apa untuknya, setiap akhir semester aku tahu ada ketakutan yang muncul di benak sahabatku itu untuk melanjutkan kuliahnya. Dan setiap ketakutan yang ia ungkapkan itu aku selalu menyemangatinya dengan kata “kita pernah berjanji bukan masuk bersama-sama dan akan keluar bersama-sama menyandang gelar sarjana”. Tapi sejurnya aku tahu itu bukan inginya, dia dengan semangat pantang menyerah dan tak kenal lelah. Mahasisiwa yang selaluu rajin datang ke kampus, seorang yang tak pernah bosan duduk berlama-lama di perpustakan bersamaku harus mendapati kenyatan berhenti sampai di sini.
Aku membenci harus berpisah dengannya dalam keadan seperti ini :’(
tapi aku juga mengerti ini bukan sepenuhnya keinginannya, lalu ini ingin siapa ????

Tuhan kuatlkanlah kami dan peluklah cita-cita kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar