Jadi aku harus menghabisakn
liburan di sana ???
Pertanyan singkat tentang tawaran
liburan dari mama, liburan ke daerah kelahiranku...
Aku rasa selain lelah dan kulit
yang hitam kudapatkan adalah sebuah rasa yang akan tertinggal dan kukubur
dalam-dalam yang tak ingin kuungkit dan ingat kembali. Tapi kali ini sempurna,
dia hadir dengan begitu sempurna menganggu hari-hariku. Heeey, kamu ya kau yang
selalu tersenyum nakal di kepalaku. Bisakah sejenak kau pergi karena tak pantas
kau di sana. Aku tak ingin mengungit semua hal yang ingin ku kubur dalam-dalam
dan aku ingin tenang sejenak tanpa kamu, tanpa masalah. Tapi seperti hantu,
kamu selalu mengganguku dan aku tak menginginkan itu...
Perjalanan yang cukup melelahkan
dan memacu adrenalin untuk sampai ke kota kelahiranku, jalannya melewati
bukit-bukit terjal dan menyebrangi lautan saat itu cuaca memang sedang tak
bersahabat untuk melakukan perjalanan, memakan waktu lebih dari 14 jam lamanya.
Berdiam diri selama waktu yang cukup lama membuatku bosan, yaah aku orang yang
cepat sekali merasa bosan. Tetapi entah mengapa aku tak pernah bosan untuk
memikirkannya, dia seperti candu yang sekali kucoba tak bisa aku lepaskan.
Sehari di sana aku mendapatkan
sambutan yang luar biasa dari keluargaku, selain aku memang sudah lama tak
pernah pulang dan mengujungi mereka. Kali ini bukan hanya keluarga yang
menyambutku tetapi orang-orang yang baru aku kenal. Kisah, pengalaman lucu dan
semua hal yang menyengkankan. Tak percuma aku datang kesini pikirku sampai pada
satu waktu seseorang yang biasa kupanggil nenek memberikanku sekantong buah
yang entah mengapa membuatku terdiam sejenak. Buah ini??? Kenapa aku tak pernah memikirkan
ini sebelumnya. Melihatku bingung dengan nama buah itu, yaaah nama yang sangat
akrab di telingaku, nama yang beberapa tahun silam saat kecil sangat kusukai sampai-sampai
membuatku menangis untuk mendapatkannya.
“Rangga” sebuah nama yang
memeliki banyak arti untukku dan sebuah kisah terselip di antara nama-nama itu.
Rangga, sebuah nama yang bisa di berikan untuk sebuah buah atau nama untuk sebutan seorang laki-laki dalam bahasa daerahku. Melihatku masih bingung nenek
menceritakan sedikit kisah kecilku, tentang aku dan buah rangga. Yaah, aku
mengingatnya sekarang, betapa aku sangat menyukai buah itu. Betapa aku rela
mencari dan menaiki pohon itu hanya untuk merasakan buahnya yang perpaduan
antara manis dan sedikit asam. Aku suka rasanya ada rasa yang tak bisa aku
lupakan, ada banyak cerita yang tak bisa aku lupakan tentang buah rangga dan
aku tersadar beberapa waktu yang lalu aku juga punya cerita tentang seorang
laki-laki bernama rangga.
Aku tersenyum mendengarkan cerita
nenek, betapa kau sangat keras kepala hanya untuk mendapatkan buah rangga. Yaah
sikap yang satu itu memang selalu membuat orang-orang di sekitarku kewalahan
mengaturku. Ternyata nenek masih mengingat jelas luka-luka di kakiku saat aku
begitu nakalanya merusaha menaiku pohon itu, untungkanya sekarang luka itu tak
begitu berbekas di kulitku. Nenek juga bercerita betapa aku benar-benar
menyukai buah itu dan aku tak pernah peduli orang-orang bilang bawa buah itu
tak enak untuk di makan atau berbagai alasan lainnya. Nenek juga bercerita
betapa aku sangat sedih harus kehilangan pohon rangga di depan rumah nenek kandungku
karena harus di tebang.
Cerita-cerita itu mengingatkanku
betapa aku sangat menyukai buah yang manis tetapi memiliki rasa asam sedikit.
Dan cerita itu mengingatkanku betapa aku juga dulu pernah sangat menyukai
seseorang yang bernama Rangga. Betapa aku sangat mencintainya, hehehe dan
mungkin dia sama seperti buah rangga yang aku sukai dulu saat aku kecil. Rangga seseorang yang aku tahu dia sangat mencintaiku tetapi terkadang cintanya
membuatku tak dapat bergerak bebas. Dia manis dengan segala cintanya untukku
tetapi terkadang tersa asam jika dia sudah mulai dengan sikap-sikap yang tak
pernah aku lupakan. Ngambeknya, saat dia marah padaku, saat cemburu itu
melumpukan hatinya dan saat dia bermain-main dengan hatiku. Tapi wakaupun dia
manis dan asam di situlah letak aku mencintai dirinya, karena dia adalah Rangga
seorang laki-laki yang akan melindungiku selamanya itulah pikirku saat itu.
Sempat terlintas
sejenak sebuah pemikiran, saat kecil aku sangat menyukai buah rangga betapa aku
saat ingin mendapatkannya dengan cara apapun. Tapi setalah beberapa tahun aku
tak pernah menemukannya dan mencicipi rasa buah itu, aku menajadi sedikit
melupankannya. Apakah aku akan melupakan sosok itu juga setelah bertahun-tahun aku tak pernah bertemu dan
bertinteraksi dengannya. Heeey, dia manusia bukan buah !!!
Kali ini aku
mencicipi buah rangga, heeeem!!! rasanya masih akrab di
lidahku. Ternyata aku tak akan pernah melupakannya,
rasa ini adalah kenanganku di masa lalu. Aku nikmati satu demi satu buah rangga
sembari mengingat kenangan-kenangan yang telah usang tentang buah itu, aaah
kamu buah rangga memang tak pernah berubah dan aku menyukaimu karena ini
memang. Tawaran nenek untuk mengantaranya pulang dan melihat pohon rangga yang
biasa aku kunjungi dulu setelah pohon yang di rumah ini di tebang langsung ku
iyakan tanpa pikir panjang. Aku penasaran apakah jejak-jejak yang kau
tinggalkan dulu masih ada? Atau itu hanya tinggal kenangan.
Samapai
dirumah nenak yang tak jauh dari tempatku menginap, yaah ini dia pohon itu.
Pohon yang dulu menjadi teman setiakau dan aku selalu merangkai cerita di bawah
ini, di sini mimpi-mimpiku di bangun. Aneh bukan kisah masa kecilku yang muncul
saat aku berada di bawah pobon itu tetapi kisah masa laluku bersama Rangga yang
terekam jelas di kepalaku. Tentang bagaimana aku mencintai sosok Rangga,
tentang bagaimana sikap keras kepalaku menjauhkanku dan dia.
Rangga, dia
buka seperti lelaki kebanyakan yang setiap hari selalu merayuku dan mengodakau
dengan puisi-puisi dan kata-kata cinta karena aku tahu dia bukan lelaki
romantis. Tapi Rangga adalah orang yang sangat mengkhawatirkanku saat aku sakit
dan terluka dialah yang sebenarnya paling terluka. Rangga, dia adalah orang
yang sangat pemarah dan cemburuan atas segala hal yang aku lakukan jika tidak
memberitakukannya. Tapi Rangga juga adalah orang yang sangat memperhatikanku
dalam segala hal yang akan aku lakukan dia tak ingin aku terluka, meski kadang
sikapnyalah yang paling membuatku terluka. Rangga dia orang yang pendiam dan
tak mudah bergaul dengan lingkunganku, tapi Ranggaku dia adalah orang yang
berusaha sekuat tenanga untuk aku dapat masuk di dalam lingkunggannya,
mengenalkan aku terhadap dunianya, keluarganya dan teman-temannya, mengengam
tanganku erat dan berkata bangga aku adalah kekasihnya. Rangga jarang mengajakku
keluar atau sekedar makan bersama di suatu tempat makan, tapi rangga adalah
orang yang dapat menghidupkan suasana hatiku saat aku berada di sampingnya
semua hal akan terasa indah lebih dari sekedar jalan-jalan dan pergi makan di
suatu tempat dan semua itu menajadi kenangan untukku sekarang.
Aku menyeka
cepat-cepat air mataku agar tak ada orang yang tahu, di hapan pohon rangga
semua kenagan ku bermunculan bagaikan jamur di musim hujan. Kubisikan pada
diriku, itu hanya kenangan kenangan akan tertinggal di masa lalu bukan masa
depan. Aku tersenyum, yaah kenangan itu akan tertinggal dan tersimpan
rapi di sudut hatiku yang lain. Rangga semoga engkau bahagia dengan hidupmu, Rangga
aku ingin kau tersenyum mengingat kisah kita bukan untuk menangis. Rangga terimaksih
telah mengisi hariku, Rangga ijinkan aku mengatakan sekali lagi terimkasih atas
kenangan-kenangan yang pernah kita buat bersama. Aku ingin kau bahgia dengan
pilhanmu sekarang, akupun akan bahagia pasti suatu saat nanti saat aku
menemukan belahan jiwaku yang lainnya.
Setelah berdiam
diri cukup lama di bawah pohon rangga, nenek mengagetkanku dengan membawakan
kotak yang berisi maianku saat kecil. Di dalamnya terdabat kertas bergambar
tokoh putri dan pangeran, dulu aku suka memainkannya . Kenagan-kenangan
yang indah aku bermain rumah-rumahan di bawah pohon rangga ini dan bermimpi
suatu saat akan menjadi putri cantik dan memiliki pangeran. Aku tersenyum
sejenak, mimipi-mimpi itu kini hanyalah kenangan aku tahu aku taakan pernah
menjadi putri karena seorang putri hanyalah sebuah dongeng. Kenangan masa
kecil yang cukup manis, itu hanyalah kenangan dan taakan terulang kembali saat
ini. Aku minta ijin sebelum pulang kepada nenek untuk menguburkan kotak itu di
bawah pohon rangga. Aku ingin semua kenangan manis itu ada di sana dan tak
ingin membuangnya atau memberikannya kepada siapaun cukup hanya aku yang berhak
memilikinya. Biarlah kenangan itu tertidur bersama pohon rangga yang kucintai
dulu biarlah mereka bersama menjadi kenagan manis di dalam sebuah kotak
kenangan.
“bisakah
kau katakan kepadaku dengan segera apa yang lebih kejam dari sekumpulan
kenangan? seperti pisau yang dihantamkan bertubi-tubi ke kepala atau sehamparan
daun kering yang jatuh sebelum waktunya. seperti menatap bayangmu tiba-tiba
menjauh dan lekas hilang di tikungan.
sementara kumparan pita kaset tua tempat kita merekam ingatan belum lagi sempat kugulung rapi, kau sambil tersenyum meletakkan dua batang korek api di atas tanganku yang terbuka dan berdarah. bisa kau jelaskan harus dengan apa kurapikan halaman kita? membakarnya atau membingkai ia dalam pigura pelangi bercahaya?”
sementara kumparan pita kaset tua tempat kita merekam ingatan belum lagi sempat kugulung rapi, kau sambil tersenyum meletakkan dua batang korek api di atas tanganku yang terbuka dan berdarah. bisa kau jelaskan harus dengan apa kurapikan halaman kita? membakarnya atau membingkai ia dalam pigura pelangi bercahaya?”

Rangga ???????
BalasHapussepertinya Cinta tak asing mendengar nama Rangga :)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus