Jumat, 10 Juli 2015

Meskipun kita bersama

Meski Kita Bersama Merajut Asa, Aku Ingin Kau Tahu Bahwa Aku Juga Manusia Biasa

“Aku nggak cemburu. Karena cemburu adalah ketika kamu menginginkan sesuatu yang bukan milikmu. Dan kamu itu milikku.”

Mendengarnya dari bibirmu, rasanya begitu ganjil.
Aku, milikmu?
Sayang,
Setelah sekian lama yang kita lalui bersama, sepertinya sudah saatnya aku menceritakan perasaanku yang sebenarnya. Tentang hubungan kita berdua. Dengan anggapanmu yang selalu merasa bahwa aku ini milikmu  seolah aku ini barang atau benda mati  sepertinya aku perlu meluruskan sesuatu.
Memang kita sudah lama berbagi rasa. Tapi, bukan berarti kau berhak mengomandoku dalam semua urusan yang kupunya

Kuharap kau bisa diajak untuk berbagi rasa 

Kita berdua memiliki kapasitas yang sama. Meskipun aku mau berbagi segalanya denganmu, bukan berarti aku milikmu seutuhnya. Ada bagian dari diriku yang selalu menuntut untuk disandingkan sejajar denganmu. Saat aku menceritakan masalahku, aku hanya ingin didengarkan, bukan diberi saran-saran yang toh akhirnya tidak ingin aku gunakan. Saat aku menyampaikan kesulitanku, aku belum tentu ingin dibantu, karena aku yakin sebenarnya tak ada yang bisa menyelesaikan kesulitan itu kecuali diriku sendiri. Kuharap kau mengerti, aku juga mampu untuk melakukan banyak hal secara mandiri tanpa perlu perintah dan komando dari dirimu.

Kita berdua sama-sama memiliki tujuan hidup, maka hormatilah tujuan hidupku dengan tidak bersikap seolah kau paling tahu kemana arah yang harus kutuju

Kita memang berbeda, namun kuharap kita memiliki perjalanan yang sama 
ihatlah diriku, dan kemudian lihatlah dirimu. Apakah kita sama?
Meskipun kita saling berbagi rasa: tidak, kita tak sama.
Kita bersatu karena perbedaan-perbedaan yang saling melengkapi. Maka kuharap kau juga mengerti bahwa aku memiliki pemikiran, perasaan, hasrat, dan ide-ide yang bahkan kau tak pernah tahu meskipun telah bertahun-tahun kita berlayar di satu perahu. Aku memiliki kapasitas yang sama denganmu untuk menentukan tujuan hidup. Dan dengan segala hormat aku memintamu untuk mendukung semua tujuan hidupku, bukan selalu bersikap seolah kamu tahu kemana aku harus menuju.


Kata orang, semua bisa dilakukan atas nama cinta. Namun apakah aku tidak berhak untuk sebuah ruang bagi diriku sendiri untuk mengungkap segala perasaan?

Aku ingin kau mgnerti bahwa terkadang aku juga ingin sendiri… 
Rasanya mudah sekali untuk memberitahu dunia bahwa kita bersama-sama merajut asa untuk kehidupan yang lebih baik nantinya. Akupun juga tak menampik bahwa keberadaanmu semakin memperluas pandanganku terhadap dunia tak lagi sempit. Namun seringkali aku menemui dirimu selalu membatasiku untuk melakukan ini itu. Dengan dalih kau peduli dan takut kehilanganku, kau lancarkan aksi pembatasan segala kemampuanku.

Tidak pernah terbesit niat dalam hatiku untuk pergi dan berlalu darimu, tidak pernah pula aku kehilangan sosokmu dari isi otakku. Hanya saja aku perlu sedikit ruang untuk diriku agar aku mampu mengembangkan segala hal yang aku punyai dalam hati. Bukankah sebagaimana manusia-manusia lainnya, aku juga punya ambisi?

Sejak pertama kita menjalin rasa, aku berharap kita akan mengerti terhadap segala kekurangan yang dimiliki, bukan malah saling menyakiti.
Aku akan selalu berdoa agar kita bisa menjadi selamanya… 
Perlu digarisbawahi, aku bahagia bersamamu.
Segala hal tentangmu selalu mampu membuatku tersipu. Namun akhir-akhir ini kurasa kau terlalu mengkhawatirkan keberadaanku ketika sedang tak bersamamu. Dan aku ingin kau tahu bahwa aku akan selalu baik-baik saja, dengan atau tanpamu.
Jadi kumohon dengan segenap rasa, biarkan aku merajut asa. Aku berjanji akan selalu berjuang bersamamu. Karena yang kubutuhkan hanyalah secuil dukungan, bukan tangisan.

Kita berharap dapat bersama selamanya. Maukah kau berjanji, untuk saling memperlakukan dengan rasa hormat dan percaya?
Mengertilah bahwa perempuan ini juga memiliki perasaan yang peka…
Sayangku,
Aku tidak sedang mengeluh padamu. Dengan jelas kukatakan bahwa aku sedang membicarakan sebuah komitmen dalam hubungan kita. Dan yang perlu kau ketahui adalah ketika kita berada pada sebuah hubungan yang terdiri atas kumpulan harapan, maka ‘selamanya’ bukanlah salah satu dari kumpulan harapan tersebut. Aku tidak memiliki kewajiban untuk menghabiskan sisa hidupku bersamamu selama aku masih berstatus sebagai pacarmu. Bahkan kita masih saja sering melawan ego diri sendiri, mengapa aku harus membebani diriku sendiri dengan perlakuanmu yang kadang masih sering membuatku terpaku?

Aku tidak memaksamu untuk segera melangsungkan sebuah pernikahan. Namun aku mengajakmu untuk membicarakan sebuah hubungan. Meskipun aku sangat berharap bahwa hubungan kita akan berlangsung selamanya, bukan berarti seluruh pikiran dan ragaku akan menjadi milikmu. Aku membuat pilihan untuk berada bersamamu, namun bukan berarti kau bisa membuatku melakukan ini itu. Tolong mengertilah, sayangku.

Dan terakhir, ingatlah bahwa kita berdua memilih untuk bersama-sama bukan karena terpaksa. Jagalah tetap seperti itu adanya
Buatlah seperti pertama kita berjumpa…
Sayangku,
Dengan berakhirnya suratku ini, aku berharap kau mengerti bahwa hidup ini perlu perbaikan sekali-kali. Karena kita berdua telah memutuskan untuk saling mencintai dan bersama-sama karena memang kita yang menginginkannya. Maka buatlah tetap seperti itu adanya. Aku tak ingin kita menemui persimpangan jalan hanya karena salah satu ego tak mampu dikalahkan.

Tertanda,
Aku yang berusaha akan selalu mendampingimu



Kamis, 09 Juli 2015

Mematahkan Hati Sendiri...

Meski selalu ada kemungkinan, hati seringkali memaksakan diri untuk bertahan pada sebuah jatuh yang membuat pemiliknya lupa bagaimana cara tersenyum. Sampai saat ini, aku masih ingat beribu-ribu hari yang lalu, patah hati mengubah semua warna menjadi gelap. Menjadi hitam. Legam. Penuh rasa takut, bahkan hanya sekadar berbalas tatapan mata untuk sepersekian detik.

Melihat bagaimana patah hati menyita seluruh kewarasan, bagaimana patah hati merenggut habis keinginan untuk hidup, dan bagaimana patah dapat hati membuat seseorang betah menikmati nestapa yang panjang.
Aku selalu bertanya-tanya mengapa semesta selalu sepihak mempertemukan dan memisahkan? Tak adakah kita memiliki kesempatan untuk menentukan sendiri? Apakah Tuhan seperti anak kecil yang sedang belajar bermain catur? Dan kita, adalah bidak catur yang harus memilih langkah sendiri dan sesekali mengais bahagia serta petunjuk agar selalu baik-baik saja dengan kalimat-kalimat penuh permohonan.

Andai kata patah hati bukan pilihan yang harus dipilih, pada akhirnya itu selalu terjadi tanpa pernah bisa dihindari. Kita harus pasrah ditikam kejamnya kehilangan yang pada awalnya hanya anak-anak harapan yang lugu. Kemudian kita menjahit luka satu per satu dengan air mata sebagai jarumnya, dan ikhlas yang menjadi benangnya. Melukis senyum palsu untuk semua orang di dunia ini di depan cermin sambil berusaha keras agar kelopak mata tidak terjadi hujan badai yang membanjiri pipi. Dan berusaha terlihat tegar dan ceria dengan sisa-sisa tabah dalam tubuh yang ringkih hampir hancur.
Aku telah sadar dan banyak belajar dari waktu yang tak pernah pamrih menuntun hatiku singgah pada hati seseorang. Bahwasanya genggaman tangan bisa terlepas kapan saja. Pelukan erat tak menjadi jaminan bahwa tak ada celah untuk lengan lain yang menunggu kesempatan menggantikan.

Oleh sebab itulah, terkadang aku memilih untuk mematahkan hati sendiri tanpa perlu menunggu dipatahkan. Kadang aku memutuskan untuk tidak mengutarakan perasaan pada ia yang kucintai, dan merelakan senyum bahagianya diciptakan orang lain. Kadang aku menikmati tawanya yang membahana memunggungiku. Kadang aku membodohi rindu dengan berpura-pura telah lupa nama ia yang selalu kusebut dalam doa. Kadang aku hanya membiarkan jatuh cinta berlalu begitu saja sampai waktu mengantarkanku pada kesempatan berikutnya.

Atas nama roda kehidupan yang selalu berjalan. Menghilanglah dalam kesunyian, setelah itu belajar untuk menemukan yang ingin menemukanmu. Berteriaklah dengan sangat kencang, agar pedih menemanimu menikmati duka yang lantang. Berdiamlah layaknya sekarat, supaya kau mendengar debar jantung yang hampir mati dan isi hati yang berbisik tak berdaya menagih perihal rasa-rasa yang dibunuh paksa. Patahkanlah hatimu dengan yakin, lalu kau belajar lagi untuk menyambungnya dengan harapan dan doa untuk dirimu sendiri. Nikmatilah getir yang terkecap di seluruh tubuhmu, kemudian tempa ketabahan dengan luka agar kau terlahir menjadi manusia baru yang jauh lebih kuat dan hebat.
Mematahkan hati sendiri adalah bunuh diri yang sempurna.

Barangkali, dengan begitu cinta akan lebih sederhana. Saat berhenti sebelum memulai dan mematahkan hati sendiri menjadi jalan pintas yang mencegahmu berjudi harapan dan menempuh jalan terjal penuh luka yang ditimbulkan oleh harapan dan kekecewaan pada irama yang bersamaan. Tanpa perlu kau membuang waktu untuk patah hati yang tak perlu di setiap titik-titik kehidupan yang memang harus dilalui.
Meski aku tak dapat mengatakan mematahkan hati sendiri adalah langkah yang benar. Aku hanya menanamkan keyakinan pada jalan ini, semoga pada jatuh cinta berikutnya Tuhan memberi jatuh cinta yang baik, yang mengangkat kesetiaan sebagai penghargaan tertinggi.

Aku percaya, patah hati adalah pemahaman yang tak dapat dibantah bahwa cinta tak selalu berakhir indah, namun percayalah, setelah itu ada kebahagiaan yang menunggu kausambut penuh suka cita.


Kamis, 02 Juli 2015

TERUNTUK KAMU LELAKIKU SEKARANG

Dear tah, lelaki kesayanganku.
kenapa akhir-akhir ini kamu begitu posesif terhadap dunia kerjaku, apa krena tingkah ku yang salah atau kamu mulai sudah tidak mempercayai hatiku lagi. tah kenapa kamu menangis malam itu, kenapa? sebegitu khawatirkah kamu terhadapku akan pergi meninggalkan kamu. aku taakan pernah pergi kemana-mana, kamu harus ingatitu. bagaimana mungkin aku akan meninggalkan kamu sedangakan berdetik-detik waktu kita lewati bersama penuh dengan makna yang berarti. tah kamu tahukan akusayang sama kamu, kamu juga tahu kan bagimana keluargaku menyayangi kamu sebegitunya. lalu apa lagi sih yang harus aku cari tah.

Tah sayang.
kamu kenapa sudah sebulan terakhir ini kamu curiga terhadapku, serasa semua interaksiku dengan seorang lelaki lain di luar kamu salah. aku minta maaf tah, jika sikapku keterlaluan, jika caraku salah.tapi aku minta percayalah padaku tah, nggak ada orang yang aku sayang selain kamu,nggak ada yang sebegitnya aku perjuangkan sampai sekrang.aku becerita itu sakit bukan berarti harus kamu berhenti atau kamu suruh menyerah, aku ingin kamu bisa lebih mengerti tah.mengerti bahwa sakit itu adalah bagian dari usaha mencintaimu dan tetap ada di sampingku. aku nggak butuh apapun,aku hanya butuh di kuatkan tanpa kamu mengintimidasi. kita pernah bercerita bukan, bahwa aku ingin mencintaimu dan kamu mencintaiku tanpa sebuah cinta yang mengintimidasi, karena cinta seperti itu membuat kita tetap bersama tapi bukan bahagia.

Tah sayang.
aku paham kekhawatiran kamu terhadap lelaki lain yang berusaha mendekati dan mengejarku, tapi sejauh ini apa pernah kamu liat aku mengkhianati kamu. aku sayang kamu tah dan akan tetp seperti itu sampai semua rencana kita terpenuhi satu demi satunya. jangan pernah kita dengarkan kata mereka yang berusaha merusak hubungan kita, kita punya dunia sendiri dan kita akan tunjukan kepada dunia dan mereka bahwa kita akan bahagia dengan pilihan kita sekrang. kita akan bangun kebagaian kitaberdua, kita akan memiliki anak-anak yang lucu yang akan bermai-main di halaman rumah kita dengan suara tawa mereka.

Tah sayang.
please bangun dari mimpi buruk itu, ayoo kita kejar mimpi kita jangan terus memikirkan hal yang tidak mungkin tah. kamu semakin lama semakin berubah seperti ini, aku takut. aku takutkamu terluka, please jangan seperti ini tah. jangan penuhi pikiran itu dengan pikiran yang bruk, mari kita bangun mimpi kita. jalan kita semakin dekat jangan goyah krena itu.