Senin, 30 Juli 2012

TENTANGKU AKHIR_AKHIR INI


“Kau, tak lebih luas dari kesabaranku” kataku pada masalah


Kata-kata itu pernah kutulis di salah satu media jejaring sosial milikku, saat aku menulis itu aku berpikir betapa banyak hal yang terjadi beberapa hari belakangan ini denganku. Tentang hal baik yang membuatku dapat sekedar tersenyum maupun hal buruk yang dapat membuatku mengerutkan kening atau sekedar terdiam untuk meredam amarahku.

Sebenarny aku tak ingin menulis sedihku, amarahku dan perasan yang aku punya, seharusnya aku lebih kuat lagi menahan semuanya dengan berdiam diri dan tersenyum. Sebenarnya semua sudah aku persiapkan, kemungkinan terburuk dalam hidupku sudah aku persiapkan. Tetapi sebaik apapun aku mempersiapkan semua itu dan belajar menjadi siap aku selalu gagal dalam menghadapinya. Aku masih tetap menagis, aku masih tetap menolak kenyataan yang terjadi.

Salah satu yang bisa kulakukan adalah diam, dan menjauh dari semuanya. Aku pikir orang-orang sekitarku terkecuali keluarga mengerti saat aku diam di sana adalah tempat di mana aku menyembuhkan luka yang tak dapat aku utarakan dan sampaikan. Aku lebih memilih untuk diam sejenak untuk meredamkan gejolak di hatiku. Tapi aku tahu, tak ada yang sebaik keluargaku untuk mengenalku, kecuali seseorang di masa lalu itu.
Entahlah sejak mama sakit-sakitan aku kehilangan sikap manisku, terhadap lelaki yang mendekatiku. Beberapa bulan ini, yah sudah hamper 4 bulan mama bolah balik UGD dan dokter tapi penyakit mama tak kunjung sembuh. Sudah berbagai pengobatan alternative lilakukan dan hasil.a NIHIL. Berhari-hari berusaha membuat diriku tenang mengahdapi cobaan yang di berikan oleh Allah, karena Dia tahu aku KUAT. Tapi bukan hanya masalah mama yang aku hadapi, masalh keluarga, dan masalah diriku senidir yang tak kalah rumitnya.

Aku selalu membuatnya biasa saja dan bersyukur atas apa yang telah Allah berikan padaku, sampai pada suatu hari 28 juli 2012 aku kehilangan Ua’ dari keluarga papa. Aku sudah menyiapkan kemungkinan terburuk dari suatu peristiwa yang akan terjadi, saat mendapatkan kabar seperti itupun tak dapat menerima dengan mudah bahwa semuanya sudah terjadi. Papa berangkat siang itu juga setelah mendapatkan kabar dari keluarga besar, dan meninggalkan mama yang sedang sakit di sini.

Ku salamai tangan papa yang dingin, ada raut khawatir di wajahnya yang meninggalkan mama yang sedang sakit. Ada bimbang di wajah papa saat itu, aku dapat menagkapnya dengan jelas. Aaaagh papa betapa engkau sangat kuat mengurus orang-orang di sekitarmu tanpa lelah dan tanpa memikirkan diri sendiri. Papa hampir tak pernah tidur untuk emngurus mama yang terkadang tengah malam bangun, papa yang tak pernah bosan bolak balik memesan tiket pesawat untuk pergi mengunjungi Ua’ yang sedang sakit di Bima. Papa yang selalu kuat meski terkadang aku tahu ada saat dia mana ia letih menghadapi kedua orang yang papa sayangi, antara istri tercinta dan kakak tersayang.

Dua hari ditinggal papa kondisi mama makin buruk, hal yang akan membuatku bertikah tidak pada tempatnya. Emosiku sangat kacau dan aku tak memikirkan apapun selalin mama, menelfon papa untuk segera datang. Aku tahu akau salah seharusnya aku bisa menghadapi ini sendirian tapi aku tak bisa melakukannya sebaik papa.
Saat buruk seperti ini saat emosiku kacau aku bisa kehilangan orang-orang yang ada di sekitarku, kehilangan teman dan kenalanku tapi aku tahu para sahabat tak akan meninggalkanku. Ku lirik jejaring sosial milikku, di sana ada banyak pesan baru dari orang-orang yang aku kenal dan tak kukenal. Tak ada satupun pesan mereka yang aku balas, tidak pula dengan seseorang yang akhir-akhir ini melakukan usahanya mendekatiku. Sudah berhari-hari aku tak menyalakan hanpone dan tak membalas pesannya dan entahlah apa yang ada di pikirannya sekarang tentangku. Aku tahu tak seharusnya menjauh dari mereka, aku tahu masalah tak seharusnya aku pendam sendirian dan aku harus berbagai.

Tapi aku adalah orang yang jarang ingin berbagi masalah jika dengan orang yang dengan masalahnya sendiri saja tak dapat di selesaikan, bagaimana dengan masalahku. Kecuali seseorang yang selalu ku sebut sang pemimpi itu, aku rasa dia orang yang paling mengerti kau. Beberapa tahun yang lalu apapun masalahku dia selalu sukses membuatku tersenyum tanpa pernah ku ceritakan terlebih dahulu. Teman berantem yan usil, teman becanda dan seorang guru buatku, jika tak mengenal dia mungkin aku bukan yang sekarang ini.
Dia orang yang tak dapat kubenci meski sebesar apapun kesalahan yang dia lakukan padaku, dia orang yang selalu kucari saat aku sedih dan dia sanggat tahu itu tapi tak pernah seditpun marah ataupun perotes padaku. Dia yang mencintaiku begitu dalam dan melebihi apapun (dan itu yang aku tahu, samapi saat ini belum ada yang sepertinya dalam mencitaiku). Tapi kali ini aku lebih memilih tak mencarinya, tak menghubunginya ataupun sekedar berinteraksi dengannya. Bagiku aku hanya butuh sendiri dan belajar untuk mandiri saat ini.
Meski aku tahu, kangen dengan sebutannya “Nyanyus” sebutan yang aku benci dan tak mengerti artinya apa. Aku ingin meluapkan emosiku dan dia juga akan marah-marah ga jelas tapi mampu membuatku tersenyum. Tempat aku menagis dan dia mengejekku dengan sukses dan membuatku kebabisan kata-kata, saat akau tertawa tetapi dia menghinaku tanpa pernah memuji sedikitpun yang kulakukan, saat aku kehilanagan arah dia akan menjadi seorang kakak yang baik hati dan sangat dewasa. Meski kadang aku tahu, rasa cemburunya membuatnya bertingkah seperti anak umur 7 tahun.

heeem tapi dia adalah masa lalu, dan bagi orang yang sangan mengenalku mereka semua tahu, aku orang yang terlalu angkuh untuk membawa masa lalu itu tetap ada di masa depanku kecuali dengan kisah yang berbeda.

Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, orang yang menjadi tumpuanku saat ini untuk kuatpun masih tergeletak sakit. Mama adalah tempat pelarian pertama untukku saat aku mendapatkan masalah apapun, tapi saat ini selalin mama aku punya siapa. Selain Allah aku hanya sendiri, huuuffsz. Aku lelah saat sekelilingku memaksaku untuk menjadi seseorang yang seperti biasanya ceria dan bersemangat menghibur mereka. Aku ingin sesekali di dengar dan aku benci dangat tekanan dan siapapun yang menekanku. Aku ingin mereka mengerti terkadang aku butuh sendiri tanpa alasan apapun, tapi itu betapa sulit L

saat ini panas tubuhku benar-benar tinggi, tak bisa bernafas dengan normal melalui kedua hidungku aku berharap lekassembuh. sakit ini tak membuatku manja dan aku tak ingin mengeluh lebih lama lagi karna hal itu, hal yang paling ku benci, aku bukan wanita lemah, aku kuat pasti kuat. buktinya Allah memberikanku cobaan ini dan pasti dapat ku selesaikan dengan baik amin. SEMANGAT ANIS!!!!!